Membawakan Tematik Bahasa Indonesia dan Matematika Melalui MIKiR

Hits: 93

 

Membawakan Tematik Bahasa Indonesia dan Matematika Melalui MIKiR

 

Artikel 1 7622

 

Balikpapan - Dalam pembelajaran kali ini, Tri Indri Yani ingin mengasah keterampilan literasi dan numerasi siswanya melalui unsur pembelajaran aktif MIKiR Tanoto Foundation. MIKiR ini terdiri dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi. Dengan MIKiR, Tri Indri Yani mendorong siswa untuk terlibat penuh menjadi peran utama terampil dalam literasi dan numerasi.

Tujuan kelas Tri Indri Yani tidak lain adalah siswa dapat mengidentifikasi tokoh dalam cerita, isi dongeng, dan menjelaskan dan menyajikan pecahan yang ada di dalam big book. Big book yang berjudul Lebah si Penolong adalah karya Tri Indri Yani sendiri.

Tri Indri Yani mengikuti pelatihan big book yang dilaksanakan oleh Tanoto Foundation. Big book dibuat disesuaikan dengan karakter dan umur siswa. Ukuran juga dibuat besar agar mempermudah siswa untuk membaca bersama.

Tri Indri Yani mengajak siswa membaca buku tersebut, di dalam buku tersebut menceritakan porsi pembagian madu dari lebah kepada teman dan saudara. Disitulah, Bu Indhy, panggilan hangat Tri Indri Yani menjelaskan berapa ½, 1/3, dan ¼.

Setelah membacakan buku tersebut, Bu Indhy meminta kelas untuk mengerjakan Lembar Kerja (LK). 4 pertanyaan di LK meninjau lebih jauh pemahaman dan perasaan siswa terhadap buku tersebut. Aqila dalam LKnya mampu mengidentifikasi tokoh dalam buku cerita yaitu lebah, semut, bebek dan kupu-kupu.

Aqila merasa punya kemiripan dengan tokoh lebah, karena Aqila pernah menolong temannya ketika dalam kesulitan. Aqila menolong Agi (tetangga Aqila) ketika terjatuh dari sepeda. Aqila juga membuat rangkuman singkat.

Lalu, pertanyaan ke-5 hingga ke-8, siswa memperdalam numerasi dengan menjawab soal-soal tersebut. Athaya Faudzai mampu mengidentifikasi mana pecahan di dalam big book, yaitu ½, 1/3, dan 1/4.

Pada pertanyaan nomor 7 yaitu lebah membagikan madu kepada tiga saudaranya, maka lambang pecahan apa yang sesuai untuk pembagian tersebut? Baik Aqila dan Athaya menjawab 1/3.

Pada pertanyaan terakhir, Bu Indhy mengajak siswa berkreasi mewarnai kuning untuk menunjukkan olesan mentega di ½ roti tawar, 1/3 roti tawar, ¼ roti tawar. Dengan penugasan ini Bu Indhy dapat mengetahui kedalaman pemahaman siswa mengenai pecahan.

Kelas ditutup dengan refleksi. Mayoritas anak senang dengan proses ini karena anak berproses menemukan konsep pecahan melalui storytelling. “Saya suka pembelajaran dengan menggambar olesan mentega,” ungkap Aqila.