PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK; APA DAN BAGAIMANA MENERAPKANNYA DI KELAS?

Hits: 74

 

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK;
APA DAN BAGAIMANA MENERAPKANNYA DI KELAS?

 

 Artikel 4 7622


Balikpapan - Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai obyek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Terdapat faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika, yaitu proses pembelajaran yang di praktekkan guru di ruang kelas. Menurut Asmin (2003), praktek pembelajaran yang belangsung sampai sekarang masih mekanistik, yakni seorang guru secara aktif mengajarkan matematika, kemudian memberikan contoh dan latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan yang diberikan guru. Hasil dari pembelajaran tersebut adalah siswa tidak menyenangi matematika bahkan juga gurunya, serta pemahaman mereka tentang matematika pun rendah.

Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivistik adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematika dengan kemempuan dan strateginya sendiri. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Salah satu alternatif pembelajaran metematika yang sejalan dengan pandangan konstruktivistik adalah melalui pendekatan realistik (Realistic Mathematic Education). Menurut Marpaung (2003) salah satu ciri dari pembelajaran mamatika realistik (PMR) adalah pembelajaran berpusat pada siswa dan dimulai dari masalah-masalah kontekstual. Dengan penerapan pembelajaran matematika realistik, diharapkan siswa akan lebih tertarik belajar matematika dan pemahaman mereka tentang konsep-konsep matematika akan lebih baik. Pada akhirnya prestasi matematika siswa akan lebih meningkat pula.

Pembelajaran Matematika Realistik
Soedjadi (2001) menyatakan bahwa “Pembelajaran matematika realistik (PMR) pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada masa lalu”. Lebih lanjut Soedjadi (2001) menjelaskan yang dimaksud dengan “ Realitas adalah hal-hal yang nyata atau kongkret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik”.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa Pembelajaran Matematika Realistik harus dekat dengan kehidupan sehari – hari peserta didik dan sesuai dengan pengalamannya. Dalam kaitannya dengan matematika sebagai kegiatan manusia maka anak harus diberi kesempatan untuk menemui kembali ide dan konsep matematika sebagai akibat dari pengalaman anak berinteraksi dengan dunia nyata.

Pembelajaran Matematika Realistik menggunakan masalah kontekstual (contextual problems) sebagai titik tolak dalam belajar matematika. Siswa bebas mendeskripsikan, menginterpretasikan, dan menyelesaikan masalah kontekstual. Dengan cara sendiri berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki. Kemudian dengan bantuan guru atau tanpa bantuan guru, siswa melakukan abstraksi maupun formalisasi (pembentukan konsep). Selanjutnya siswa dapat mengaplikasikan konsep-konsep matematika tersebut kembali pada masalah realistik, sehingga memperkuat pemahaman konsep.

Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik.
Menurut gravameijer (Sunardi, 2001) tiga prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistic adalah sebagai berikut:
a. Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif (Guided reinvention and progressive mathematizing). Menurut prinsip ini siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama sebagaimana konsep-konsep matematika ditemukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan soal-soal kontekstual yang berkaitan dengan konsep matematika yang dapat deselesaikan dengan prosedur pemecahan informal.
b. Fenomemena yang bersifat mendidik (Didactical phenomenology). Fenomena ini dapat terlihat ketika siswa mulai mencurahkan perhatiannya kepada situasi masalah kontekstual yang diberikan guru serta aktif menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan dengan pikirannya sendiri. Olehnya itu fenomena yang bersifat mendidik menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan konsep matematika pada siswa .
c. Pengembangan model sendiri (Self defeloped models). Dalam memecahkan masalah kontekstual siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan model sendiri, sehingga sangat memungkinkan munculnya berbagai macam buatan atau cara siswa.
d. Langkah – langkah pembelajaran matematika realistik.
Berdasarkan prinsip pembelajaran matematika realistik di atas, langkah-langkah pembelajaran matematika realistic adalah sebagai berikut:
Langkah I: Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan soal konstekstual yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan meminta siswa untuk memahami soal tersebut. Guru dapat memberikan penjelasan seperlunya terhadap bagian – bagian yang belum diketahui siswa.
Langkah II: Menyelesaikan masalah kontekstual.
Siswa bekerja secara berkelompok menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan pertanyaan, petunjuk maupun saran.
Langkah III: Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal kontekstual secara kelompok.
Langkah IV: Menyimpulkan.

Dari hasil diskusi, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Asmin. 2003. Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) dan Kendala yang Muncul di Lapangan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. (Tahun ke-9,No. 044), September.

Marpaung Y. 2003. PMRI, Pembelajaran Matematika Yang Menyenangkan. Buletin PMRI. Edisi Perdana, Juni

Soedjadi, R. 2001. Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan Dalam Pembelajaran
Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Jurusan Matematika FMIPA UNESA. Surabaya, 24 Februari.

Sunardi. 2001. Pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Realistik. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME) di Jurusan Matematika FMIPA UNESA. Surabaya, 24 Februari.