MERANGKUL SEMUA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Hits: 167

 

MERANGKUL SEMUA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Oleh: ABDUL RAHMAT, S.Pd.

 Artikel 8 080622

 

Balikpapan - Awal tahun 2020 hingga sekarang menjadi tantangan yang sangat berat bagi manusia. Menyebarnya virus-covid 19 yang mengakibatkan pandemi melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Membuat semua lini merasakan dampak yang luar biasa. Salah satunya adalah di bidang pendidikan. Dan hal ini menjadi kegelisahan pendidik, peserta didik, hingga orang. Pengambilan kebijakan pendidikan oleh pemangku kepentingan di masa pandemi menitikberatkan kepada terpenuhinya kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat, sehingga pembelajaran tatap muka tidak dapat dilaksanakan.

Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya biasa dilakukan di dalam kelas secara tatap muka langsung, mau tidak mau harus dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) dari rumah. Dan harus terjadi secara tiba-tiba. Banyak guru, siswa, dan orang tua yang tidak siap dengan gaya pembelajaran selama masa pandemi ini. Kita harus mengikuti pembelajaran dalam model Belajar Dari Rumah (BDR). Ada pun kendala yang berasal dari peserta didik sendiri, misalnya kesulitan berkonsentrasi belajar di rumah dan mengeluhkan beratnya penugasan soal dari guru. Ketiadaan interaksi dan komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik, mengakibatkan proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan efektif.

Abdul Rahmat, wali kelas 4-A, dari sekolah mitra Tanoto Foundation, SDN 011 Balikpapan Tengah, mendesain pembelajaran yang berpihak pada kemampuan dan kesiapan siswanya. Abdul Rahmat percaya bahwa siswa dapat berpartisipasi penuh di dalam kelas jika rancangan proses kelas mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan siswa. Sehingga siswa percaya diri terlibat di kelas dan materi pembelajaran pun mudah diserap.

Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Abdul Rahmat ingin membekali siswa dengan materi gagasan pokok dan pendukung. Harapannya, siswa dapat mengidentifikasi gagasan pokok dan pendukung dari teks lisan, tulisan, atau visual dan menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan hubungan antar gagasan. Keterampilan bahasa ini penting bagi siswa untuk modal siswa mengambil peran di kehidupan bermasyarakat siswa.

Sebelum memulai pembelajaran ini, Abdul memberikan dua set pertanyaan, yaitu satu set pertanyaan kognitif, yaitu meninjau pemahaman dan kesiapan siswa dan satu set pertanyaan non kognitif menelaah tingkat kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa serta aktivitas selama belajar dari rumah.

Abdul menanyakan kepada 26 siswanya, apakah siswanya dapat memilih pernyataan sesuai teks bacaan, memasangkan kata, menjawab pertanyaan yang relevan dengan teks bacaan, menentukan urutan gambar dengan benar, menjelaskan perkembangan manusia sesuai isi bacaan secara rinci, menulis gagasan pokok dari bacaan dengan benar.

Dari kemampuan siswa menjawab pertanyaan tersebut, ada 8 siswa yang masih harus didampingi secara intens, dan 5 siswa yang harus diberikan pendalaman materi, dan sebanyak 13 siswa akan mengikuti pengayaan materi.

Selain pertanyaan tersebut, Abdul juga menanyakan bagaimana situasi di rumah, dukungan dari orang tua, situasi yang menghambat pembelajaran di rumah, dan bagaimana perasaan siswa dalam mengikuti pembelajaran daring. Berangkat dari jawaban siswa, ada 20 siswa yang harus dipertahankan motivasinya, tetapi 6 siswa, butuh dukungan guru kelas, Abdul untuk berdiskusi kepada orang tua untuk bekerjasama menyediakan pembelajaran daring yang menyenangkan.

Setelah melakukan penilaian tersebut, Abdul merancang tiga instruksi pembelajaran yang berbeda. Awalnya, Abdul mengumpulkan seluruh siswa di WhatsApp Group, lalu masuk ke dalam Google Meeting bersama-sama. Di dalam Google Meeting, Abdul menjelaskan ciri-ciri kalimat pokok dan utama, dan menjelaskan tunjuan pembelajaran siswa dapat memahami, mengidentifikasi dan membuat gagasan pokok dan gagasan pendukung dari bacaan berjudul permainan tradisional.

Pada kelompok siswa yang membutuhkan pendampingan intens, Abdul mengajak siswa untuk memahami kalimat pokok dan pendukung dalam teks bacaan. Lalu mengajak siswa menuliskan gagasan tersebut dalam peta pikiran. Pada akhir pembelajaran, 8 siswa ini menonton video Pak Abdul sebagai penguatan materi.

Sedangkan pada kelompok siswa yang membutuhkan pendalaman materi, Abdul menginstruksikan 5 siswa untuk mengidentifikasi gagasan pokok dan pendukung pada bacaan yang harus dituangkan di dalam peta pikiran.

Untuk 13 siswa yang memerlukan pengayakan materi, instruksi lebih tajam, yaitu selain membuat peta pikiran gagasan pokok dan pendukung, siswa diberikan kebebasan untuk berkreasi dan mempresentasikan dan mendiskusikan hasilnya.

Dalam mengerjakan LKPD, guru memberikan sebuah teks yang ada di buku tema. Lalu menjawab pertanyaan berdasarkan informasi di dalam bacaan. Siswa juga menuliskan pengalamannya dalam bermain permainan tradisional. Tugas ini untuk 3 level pemahaman. Kemudian, siswa diminta membuat peta pikiran dari sebuah teks bacaan. Untuk siswa belum paham dan paham sebagian, guru membimbing siswa dengan memberikan kembali contoh yang bisa dipahami, dibantu oleh orang tua di rumah. Bagi siswa paham utuh, mereka ditantang untuk membuat video presentasi hasil peta pikiran mereka. Siswa yang belum paham dan paham sebagian juga boleh membuat presentasi hasil peta pikiran mereka. Namun, guru tetap memberikan penilaian sesuai dengan tingkat pemahaman setiap siswa.

Dari refleksi tiga kelompok siswa ini, siswa merasa senang dan dilibatkan penuh. Abdul pun senang karena dengan adanya pembelajaran ini tidak ada satupun siswa merasa terintimidasi dengan kemampuan teman sekelasnya. Abdul percaya, pembelajaran seperti ini akan mempercepat proses pembelajaran yang sempat terhambat karena kendala teknis selama pembelajaran jarak jauh.