Mengasah Diplomasi dengan Unsur Pembelajaran Aktif
Penulis : Dra. Muntamah Guru Kelas IX SMP Negeri 8 Balikpapan
Balikpapan – Saya kerap kali menemukan siswa saya malu-malu dalam mengungkapkan pendapat. Tentunya, itu hal yang wajar, setiap pembicara melewati fase takut, malu. Hampir 100% pembicara merasa cemas sebelum tampil.
Komunikasi merupakan salah satu kecakapan yang harus dimiliki oleh setiap siswa di era sekarang. Bagaimana tidak, setiap lini aktivitas membutuhkan komunikasi dalam berinteraksi. Untuk itu, saya mendesain pembelajaran yang saya berpusat pada siswa, di mana siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Langkah awalnya mengemas mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IX lebih interaktif agar siswa mampu mengemukakan pendapat dan argument dalam teks diskusi. Saya ajak siswa SMPN 8 Balikpapan untuk masuk dalam zoom meeting.
Bersama-sama kita menentukan topik, lalu siswa yang mendukung topik tersebut, berkumpul membuat satu kelompok, dan siswa yang tidak mendukung membuat satu kelompok lainnya. Topik yang diusung adalah terkait membawa telepon genggam (HP) ke sekolah.
Saya menugaskan untuk membuat laporan diskusi sebelum berdiskusi. Yang saya tekankan di kelas adalah, siswa dapat berkreasi membangun narasi, namun perlu diingat tujuan mendukung atau menolak membawa telepon genggam ke sekolah. Lalu, perkuat tujuan kita dengan data, fakta, dan bukti.
Di sini terlihat, siswa inisiatif berkumpul bersama siswa yang setuju dengan ini, dan siswa yang tidak setuju berkumpul dengan siswa yang tidak setuju. Saya membagi kelompok dengan break room untuk memberi kesempatan masing-masing kelompok untuk berdiskusi.
Setelah berdiskusi, para siswa dari dua kelompok ini bertemu dan diperbolehkan menyampaikan pendapat. Sebelum memulai diskusi, saya memberikan arahan untuk menyampaikan argumentasinya dengan sopan dan santun namun lugas. “Saya setuju dengan peraturan membawa HP ke sekolah, karena dengan begitu mempermudah orang tua untuk menghubungi anaknya,” ungkap Muhammad Akmal Dhanarto dari kelompok pro HP.
Hal itu dibantah oleh Mirna Adelia Putri bahwa Mirna tidak sependapat karena di dalam kelas akan bermain hp pada saat pembelajaran berlangsung, hal ini dapat menimbulkan kekacauan pada saat pembelajaran. Vikri memperkuat pendapat Mirna, “Aplikasi internet di HP memberikan kesempatan untuk berbuat curang. Saat ulangan misalnya banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan dan mengambil jalan pintas dengan mencari di internet”.
Unsur pembelajaran aktif Tanoto Foundation ini menstimulasi anak membangun keterampilan abad 21, dimana siswa saya mampu berkomunikasi efektif, menyampaikan pendapat dengan lugas dan sopan santun. Tidak hanya itu, jiwa kepemimpinan siswa terlatih dengan mengungkapkan pendapat secara mandiri, dan mengatur timnya.
Setelah pembelajaran siswa mampu membuat teks diskusi bagaimana narasi ringkas argumentatif yang menunjukkan problematika membawa HP ke sekolah.