Pendidikan Juga Butuh Pemulihan
(Catatan Akhir Tahun 2021 dari Kalimantan Timur)
Balikpapan - Pandemi Covid-19 mengajarkan kita banyak hal, terutama transformasi pada bidang Pendidikan. Saat ini teknologi menjadi hal penting bagi pembelajaran masa depan. Sehingga guru juga dituntut untuk bisa bertranformasi dan memberi pembelajaran dengan berbagai bentuk dan model.
Sebelum masa pandemi, guru sulit menhgajak siswa untuk tertib didalam kelas, sekarang guru malah sulit merangsang siswa aktif berpartisipasi. Ini dilatarbelakangi karena proses pembelajaran telah terhenti di sudut-sudut kelas. Selama kurang lebih dua tahun, siswa melangsungkan Belajar dari Rumah (BDR). Keselamatan diri dari covid-19 menjadi prioritas dalam memutuskan pembelajaran di rumah. Saat ini, hampir seluruh sekolah di Provinsi Kalimantan Timur menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas.
Melaksanakan pembelajaran secara Tepat sasaran, sangat penting, namun strategi dalam penyampaian tidak kalah penting
Adaptasi teknologi tetap akan berlangsung di masa depan. Pemerataan keterampilan teknologi perlu dilakukan merata untuk memastikan kualitas pendidikan di kota dan kabupaten setempat. Banyak kepala sekolah yang telah melakukan pemetaan kompetensi digital untuk memastikan pembelajaran dapat berlangsung maksimal selama pandemi. Jauhari, guru SMPN 2 Tanah Grogot dan Mugiyatno, guru SMPN 8 Balikpapan melakukan pemetaan tim guru untuk memilih pelatihan yang tepat bagi sekolahnya.
Tantangan kebanyakan sekolah adalah proses penyampaian materi pelatihan dilakukan secara daring, sehingga banyak yang kesulitan untuk berpraktik penggunaan aplikasi pendukung pembelajaran. Strategi penyampaian menjadi sangat penting untuk menjawab tantangan ini. SMPN 2 Tanah Grogot menggunakan tutor sebaya dalam mengajarkan penggunaan Microsoft dengan guru yang muda mengajarkan guru yang senior.
Sedangkan di Balikpapan, Lis Widowati, S.Pd melibatkan rekan-rekan dari mata pelajaran Matematika melalui forum MGMP untuk menggunaan video sebagai materi pembelajaran aktif. Lis Widowati, S.Pd juga turut mendampingi hingga 100 guru Matematika se-Balikpapan agar dapat membuat video pembelajaran.
Memaksimalkan Kreativitas
Sekembalinya siswa ke proses pembelajaran di sekolah dalam rangka PTM Terbatas, membutuhkan pembelajaran yang dapat merangkul seluruh siswa dari berbagai kemampuan. Dukungan infrastruktur dan psikososial yang berbeda akan berdampak terhadap kemampuan dan keterampilan siswa berbeda-beda pula. Pemantauan terhadap siswa juga akan sulit dilakukan secara transparan.
Pada bulan September 2021, Tanoto Foundation Provinsi Kalimantan Timur mengadakan pelatihan kesiapan sekolah kepada 96 sekolah mitra. Para guru di sekolah mitra diharapkan dapat melakukan pembelajaran berdiferensiasi yang dapat merangkul seluruh siswa tanpa terkecuali.
Pada pembelajaran berdiferensiasi ini, guru diharapkan menelaah dulu kemampuan kognitif siswa dan dukungan psikologis siswa dalam melangsungkan pembelajaran tatap muka terbatas. Setelah dipetakan, guru mengelompokkan sesuai dengan kemampuan kognitif siswa. Di sini, guru diharapkan memaksimalkan kreativitas guna menciptakan cara untuk mencapai kompetensi dasar siswa sesuai dengan kemampuan kognitif siswa. Sedangkan guru biasanya menjalin dan menawarkan bantuan terhadap siswa yang membutuhkan dukungan psikologis, seperti berkonsultasi langsung dengan orang tua.
Kolektivitas dalam Mendidik Anak
Pepatah Afrika mengatakan it takes village to raise a child. Pepatah ini mengatakan bahwa seluruh komunitas di sekitar anak harus menyediakan lingkungan sehat yang mendukung anak untuk dapat mengalami dan berkembang. Tentunya ini tidak sulit, bagi budaya Indonesia yang berbudaya kolektif. Peluang ini sebaiknya diraih oleh sekolah untuk terus melibatkan orangtua dan masyarakat sekitar sekolah untuk memberikan yang terbaik untuk siswanya.
Budaya kolektif di Indonesia memudahkan sekolah untuk membentuk komite dan paguyuban kelas yang memperkuat untuk mendukung perkembangan anak. Kemudahan ini didorong karena memiliki kesamaan tempat dan ideologi. Selain itu, adanya hubungan keluarga antara siswa dan kelompok paguyuban orang tua yang dibentuk. Secara tempat, para orang tua dan masyarakat terikat dengan tinggal di suatu area yang sama dan diikat oleh ideologi yang sama. Kondisi ini didukung oleh ahli sosiolog Jerman, F. Tonnies. Ferdinand Tonnies menggambarkan masyarakat guyub ada tiga jenis, yaitu terikat oleh tempat, pandangan yang sama, ataupun terikat oleh hubungan keluarga.
Di Provinsi Kalimantan Timur sendiri, Tanoto Foundation menggerakkan kelompok paguyuban orang tua dengan program Duta Orang Tua Sahabat Anak dengan memberikan materi promosi parenting untuk meningkatkan keterampilan pola asuh.
Pendampingan keterampilan teknologi dan informasi akan menjadi fokus Tanoto Foundation Provinsi Kalimantan Timur untuk 2022 dan melayani kebutuhan pendidikan di Provinsi Kalimantan Timur. Tahun ini, Tanoto Foundation Kalimantan Timur juga menyelenggarakan pelatihan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk mempersiapkan guru menghadapi AKM yang dihadiri sebanyak 110 guru. Selain itu, kami juga mengadakan pelatihan numerasi untuk 60 guru kelas awal.
Dukungan terhadap pemerintah daerah juga digalakkan untuk mempercepat pemulihan dengan penyerahan 83 Hand Washing Station dan 443 Thermogun. Bagi Tanoto Foundation Provinsi Kalimantan Timur, pemulihan pendidikan untuk dapat memaksimalkan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting.