Keberpihakan Pada Anak, SMPN 2 Balikpapan Mempunyai Semangat Merdeka Belajar

 

Keberpihakan Pada Anak, SMPN 2 Balikpapan Mempunyai Semangat Merdeka Belajar

 

Artikel 1 150622

Balikpapan - SMPN 2 belajar banyak dari pengalaman yang sedang dilalui. Selama 2 tahun pandemi, SMPN 2 mengalami pembelajaran jarak jauh, pembelajaran tatap muka terbatas 50%, dan pembelajaran tatap muka 100%. Dari perubahan tersebut, dinamisnya situasi pandemi berpengaruh pada transformasi sekolah dan dinamika emosional siswa dan keluarga siswa.

Untuk itu, sangat penting bagi sekolah untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, sekolah dapat memberikan pembelajaran maksimal tanpa terkecuali. “Saya kaget tiba-tiba ada keluarga yang tiba-tiba keluar dari grup sekolah. Setelah ditelisik, saya memahami siswa tersebut kehilangan keluarga dan putus asa,” ungkap Mardhotillah, Guru Bahasa Indonesia.

Dari situlah, guru-guru SMPN 2 menyadari pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Pada pembelajaran berdiferensiasi, guru senantiasa melakukan pengkajian awal yaitu dengan menilai kesiapan psikologis emosional siswa dan kognitif siswa. Dari hasil asesmen tersebut, siswa akan mendapatkan proses pembelajaran yang berbeda, sesuai dengan kondisi psikolgis emosional dan kognitif siswa.

Dinamika format pembelajaran ternyata membuat siswa dan orang tua juga tertekan. SMPN 2 menyadari hal ini. Dalam kondisi yang dinamis ini, SMPN 2 melalui wali kelasnya terus mempererat komunikasi yang terjalin antara SMPN 2 dan orang tua. Dengan situasi orang tua terinformasi dengan baik status sekolah sekarang dan yang akan datang mengurangi kegelisahan yang terjadi di orang tua dan siswa.

Dalam Rangka kegiatan ini, Hj.Juraidah ,M.Pd. Kepala SMPN 2 Balikpapan,yan bermitra dari Tanoto Foundation,mempererat hubungan Sekolah dengan Orang tua / Paguyuban kelas,dengan Komite Sekolah dengan mengadakan lomba merias kelas mulai Januari 2022 sampai dengan Maret 2022 . Juara kelas nya sudah di umumkan sampai Tahap 2. Keluarga SMPN 2 sudah mengikuti lomba Festival Literasi sejak Juli 2021 hingga Maret 2022. SMPN 2 mendapatkan penghargaan Sekolah Aktif Literasi Tingkat Nasional 2021 di Selenggarakan Nyalanesia & Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan.

Tutik Lestari, S.Pd. atau lebih akrab dipanggil Ibu TL, pernah mengalami dilematis ini. Ada sebagian siswanya tidak dapat mengikuti pembelajaran secara daring, namun, ketika tatap muka, siswa tersebut dapat mengerjakan dengan sangat baik. Namun, ada kejadian di mana siswa tersebut sangat baik dalam pembelajaran secara daring, namun tidak dapat mengikuti pembelajaran tatap muka.

Dengan assessment ini, TL akhirnya membuat dua kelompok yang berbeda sehingga tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kebetulan di kelas 8-8, tidak ada yang mengalami kendala psikologis emosional. Selama daring, orang tua mendampingi siswa belajar.

Pada praktik IPA kali ini, TL mendorong siswa untuk berpraktik percobaan sistem ekskresi melalui percobaan air kapur. Siswa diminta menyediakan dua gelas kapur bercampur air. Kedua gelas tersebut diupayakan adalah hasil saringan campuran air dan kapur. Tidak ada perlakuan apa-apa di gelas pertama. Namun, pada gelas kedua, air ditutup plastik dan ditiup dengan sedotan.

Pada proses ini kelompok yang tidak dapat mengikuti, mencoba belajar dari kelompok yang terampil dalam uji praktik ini. Begitu pun sebaliknya kelompok yang terampil secara sigap membantu temannya yang tidak bisa.
TL memandu diskusi siswa dengan pertanyaan yang merangsang siswa berpikir tingkat tinggi, yaitu:
1. Jelaskan pendapatmu tentang perubahan yang terjadi setelah air kapur tsb ditiup? Mengapa bisa terjadi demikian!
2. Jika kapur tersebut di ganti dengan tepung terigu (misalnya) apakah akan terjadi hal yang sama? Jelaskan!
3. Apa hubungan antara udara yang keluar dari mulut (ditiup) dengan larutan yang mengandung kapur?

Terlihat gelas yang ditiup jauh lebih keruh daripada gelas yang didiamkan. Percobaan ini manifestasi kalsium karbonat adalah pencampuran kalsium hidroksida (zat yang ada di kapur) dan karbon dioksida (zat yang keluar dari setiap tiupan nafas manusia). Keruhnya gelas ini membuktikan juga bahwa nafas yang kita keluarkan adalah karbon dioksida. Tentunya jika kapur diganti tepung terigu tidak bisa terjadi yang sama karena tepung terigu tidak mengandung kalsium hidroksida.

Secara bergantian, siswa mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Siswa merasa senang dengan kerjasama ini, walaupun tugas dilaksanakan individu, siswa merasa dilaksanakan bersama-sama karena proses terbimbing dan membimbing.