“Seru, Berpasangan Turun Ke Pasar”
Rr Umi Chabibah, M.Pd (SMP Negeri 4 Balikpapan)
(Sekolah Mitra Tanoto Foundation)
Balikpapan - Pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar. Dalam komponen pembelajaran yang antara lain terdiri atas tujuan, materi, model pembelajaran, guru, anak didik, media, penilaian dan evaluasi saling berkaitan. Pandemi dan implikasinya dalam protokol kesehatan, mengharuskan kita untuk menghindari kerumunan. Begitu pun dalam proses pembelajaran. Kerumunan dan mobilitas yang tinggi harus diminimalisir.
Keadaan yang demikian tentunya sangat berpengaruh pada capaian pembelajaran dalam bersikap, keterampilan belajar yang diperoleh, serta makna pengetahuan yang diperoleh siswa. Untuk menghindari loss learning tersebut perlu adanya model pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan menerapkan model Think Pair Share. Berpikir, berpasangan dan berbagi, merupakan proses pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola pikir, interaksi, serta kolaborasi antar siswa.
Kerjasama menunjukkan sikap saling ketergantungan untuk mencapai tujuan. Kerjasama dalam pembelajan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam belajar. Dalam Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan saintifik, kerjasama sangat diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan bersama. Dengan demikian siswa tidak hanya pandai secara kognitif saja, tetapi juga memiliki keterampilan dan sikap yang baik. Dengan bimbingan guru, siswa diarahkan untuk saling berinteraksi, yang dapat mendorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, mandiri, dan sikap selalu ingin maju.
Dalam model pembelajaran Think Pair Share ini, siswa dituntut untuk bisa bekerja sama memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan dan berdiskusi tentang permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Siswa tidak hanya menerima penjelasan dari guru, namun dituntut aktif menggali pengetahuan sendiri dalam berbagai hal. Diharapkan model pembelajaran yang inovatif dan variatif akan membantu mewujudkan kemajuan proses dan hasil belajar.
Selain itu, penerapan model pembelajaran Think Pair Share sejalan dengan unsur pembelajaran aktif yang ada pada Program Pintar Tanoto Foundation yaitu MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). Model Think Pair Share diterapkan dalam beberapa tahapan. Dimulai ketika guru menjelaskan materi pelajaran tentang kegiatan Produksi, Distribusi, dan Konsumsi dengan bantuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Penerapan Think tampak ketika guru mengajukan pertanyaan pemantik. Siswa antusias saling bertanya dan berdiskusi tentang perbedaan kegiatan ekonomi tersebut. Selanjutnya kegiatan Pair tampak ketika mereka diminta untuk memikirkan jawaban secara berpasangan dengan teman sebangkunya. Anak-anak diminta mendiskusikan permasalahan dan jawaban bersama pasangannya. Kegiatan Think dan Pair tersebut merupakan kegiatan interaksi dalam unsur pembelajaran aktif. Dan terakhir adalah kegiatan Share, anak-anak diminta untuk membagikan jawaban mereka melalui presentasi secara berpasangan. Jawaban tersebut merupakan hasil diskusi yang telah disepakati bersama. Presentasi dilakukan di depan teman lainnya di depan kelas. Share merupakan kegiatan komunikasi.
Pada bahasan materi bab 3 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk siswa SMP kelas 7: Aktivitas Manusia Dalam Memenuhi Kebutuhan. Pada sub tema Kegiatan Ekonomi, anak-anak belajar memahami tentang kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan juga kegiatan distribusi. Untuk lebih memahami perbedaan kegiatan tersebut anak-anak lebih kreatif dengan cara turun langsung ke lapangan. Ada yang mengamati kegiatan produksi yaitu penjual gorengan.
Kegiatan konsumsi yaitu orang-orang yang sedang menikmati makanan dan belanja di pasar, mall, atau warung kelontong. Ada juga anak-anak yang tertarik dengan kegiatan distribusi, dengan cara mewawancarai padagang di Pasar Pandan Sari, ke mini market atau warung di sekitar rumah mereka. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi dari mana para distributor tersebut memperoleh barang-barang seperti sayuran, beras, mimyak, tepung, lauk pauk seperti tahu, tempe, ayam potong, ikan, yang bisa langsung di jual ke konsumen.
Bahkan, ada beberapa anak yang pada hari libur; Sabtu dan Minggu tetap ikhlas meluangkan waktunya merekam kegiatan di pasar. Anak-anak melakukan wawancara dengan pedagang kelontong terkait dari mana barang di dapat, dan juga untung ruginya melakukan kegiatan perdagangan tersebut. Semua kegiatan yang dilakukan anak-anak tersebut merupakan kegiatan mengalami dalam unsur pembelajaran aktif.
Tentunya kegiatan tersebut tidak dapat berjalan tanpa adanya, kerja sama, komunikasi, menghargai perbedaan, kepedulian, dan tujuan bersama dalam mencapai tujuan kelompok. Karena pada dasarnya setiap orang memerlukan kerja sama dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan bersama.
Secara inklusif anak-anak juga melaporkan kegiatan pengamatannya dalam tahapan Share di depan kelas masing-masing. Begitu antusias dan tetap bersemangat dalam mencari data dan sumber belajar di sekitar tempat tinggalnya. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa, guru bisa mengajukan beberapa pertanyaan yang sifatnya Produktif, Imajinatif dan Terbuka (PIT), misalnya “Menurut kalian, dari manakah para distributor memperoleh barang dagangan mereka?” (jenis pertanyaan terbuka, dimana ragam jawaban yang diberikan siswa bisa benar). "Apakah produsen bisa mengalami kerugian? Coba jelaskan!” (jenis pertanyaan produktif, dimana siswa harus melakukan sesuatu untuk mencari jawaban pertanyaan tersebut, yaitu dengan melakukan wawancara di pasar, mini market, dll). “ Jika kamu seorang produsen, apa yang akan kamu lakukan jika mengalami kerugian?” (jenis pertanyaan imajinatif, dimana siswa siswa akan menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya masing-masing dengan memposisikan diri mereka sebagai produsen).
Dengan kondisi pendapatan masyarakat yang masih belum pulih akibat pandemi, semua kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi, mengalami kemunduran bahkan sampai bangkrut. Nah, inilah penanaman nilai karakter jujur dan memperhatikan risiko dalam berkegiatan. Dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share tersebut, akan tampak bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kerja sama diantaranya adalah adanya saling percaya antar kelompok, diskusi kelompok, dan saling berinteraksi. Dengan menerapkan Think Pair Share, unsur MIKiR dan mengajukan pertanyaan yang PIT, maka akan memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.